NTB - Langkah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Kementerian Investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ialah membuat Peta Peluang Investasi (PPI). Yakni pemanfaatan sumber daya alam dan bidang industri manufaktur yang akan ditawarkan kepada investor asing agar berinvestasi di Indonesia.
Bidang sumber daya alam meliputi perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, perikanan, energi, serta peternakan. Sedangkan bidang industri manufaktur terdiri dari industri kimia, industri aneka, industri logam, industri mesin, industri alat transportasi, dan industri elektronika.
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Dr. Nanang Febrianto, S.Pt., M.P. dipercaya menjadi PIC pengembangan ternak sapi potong di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurutnya provinsi NTB memiliki daya tampung dan daya dukung lahan, ketersediaan pakan hijauan berlimpah, jumlah budidaya ternak tiap peternak mencapai puluhan, dan tenaga kerja peternakan mencukupi.
Dia dan tim akan membuat kajian feasibility study atau kelayakan usaha ternak sapi potong, dari segi pasar, ekonomi, target, kendala dan penanganannya. Melalui identifikasi, analisis, observasi, hingga merumuskan usulan kebijakan dan implikasinya bagi pengembangan penanaman modal proyek prioritas strategis.
“Kami berharap rencana ini dapat mengantisipasi kerentanan rantai pasok industri sapi, dikarenakan Australia merupakan satu-satunya pemasok sapi bakalan.” kata Nanang
Rancangan tersebut ditanggapi Direktur Perbibitan Produksi Ternak Kementerian Pertanian dan Dewan Pakar Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) melalui rapat identifikasi dan penajaman analisis awal, Kamis (14/7/2022).
Menurut Dewan Pakar Gapuspindo, diperlukan investasi bibit bakalan untuk pengembangan pasar lokal. Oleh karenanya teknologi dan sistem peternakan sapi potong di Indonesia, perlu diindustrialisasikan agar lebih efisien. (dta)